Kondisi kelebihan hormon androgen pada wanita atau yang lebih dikenal dengan hiperandrogen, merupakan salah satu gangguan paling umum yang mempengaruhi kondisi kesehatan kaum hawa.
Tak bisa dipungkiri, jerawat merupakan problem klasik yang tak pernah habis untuk dibahas. Jerawat pula yang sering kali jadi momok menakutkan bagi kaum hawa karena dampaknya bukan hanya mengganggu penampilan secara fisik namun juga mempengaruhi aspek psikologis berupa runtuhnya kepercayaan diri seseorang.
Problem klasik berupa jerawat ini tak lepas dari kodrat wanita yang memiliki hormon estrogen, progesterone, dan androgen yang masing-masing memiliki fungsi berbeda bagi tubuhnya.
Salah satu hormon yang mempengaruhi penampilan kulit dan pertumbuhan rambut adalah hormon androgen. Hormon androgen merupakan hormon seks pria yang juga terdapat pada wanita dengan jumlah yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah yang ada pada pria.
Penelitian menunjukkan bahwa hiperandrogen atau kelebihan hormon androgen, dapat mempengaruhi 10-20 persen perempuan pada usia produktif. Dalam tubuh wanita terdapat hanya 2 persen androgen bebas. Jika kadar ini meningkat maka dapat menimbulkan masalah bagi kaum hawa, salah satunya yang tampak jelas adalah gangguan jerawat dengan derajat sedang hingga berat.
Menurut dr. Suksmagita Pratidina, Sp.KK, dari Skin & Aesthetic Clinic RSPI-Puri Indah, penyebab munculnya jerawat adalah karena tersumbatnya folikel kulit yang mana paling banyak disebabkan oleh produksi sebum dan minyak yang berlebih. Berlebihnya produksi minyak di kulit wajah dapat dipengaruhi oleh tingginya kadar androgen bebas yang memicu aktivitas kelenjar minyak dan sebum.
"Sehingga kulit wajah yang semula lembut dan mulus, bisa tampak sangat berminyak serta tumbuh jerawat dan komedo," ujar pakar yang akrab disapa dr. Gita ini.
Selain itu, penyebab umum munculnya jerawat adalah hyperkeratinisasi di muara kelenjar minyak, yaitu penebalan dari lapisan kulit yang ada di muara kelenjar minyak. Juga kolonisasi dari bakteri yang dikenal dengan propionibacterium acnes.
Jerawat sendiri, lanjut dr Gita, terbagi atas tiga tingkatan yaitu jerawat ringan, sedang dan berat atau parah. Jenis jerawat yang disebabkan oleh hiperandrogen dapat dikelompokkan sebagai jerawat dengan derajat sedang hingga berat atau parah.
Sementara itu Dr.dr.Budi Wiweko,SpOG,KFER, staf pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM mengungkapkan, hiperandrogen pada perempuan merupakan salah satu bentuk kelainan hormonal. Dampaknya paling umum dan sederhananya yaitu dengan timbulnya jerawat.
"Selain itu penelitian juga menunjukkan bahwa wanita dengan hiperandrogen mengalami gejala-gejala klinis hiperandrogen dengan karakteristik gejala seperti, Seborrhea yaitu peradangan kulit bagian atas, Acne atau jerawat, Hirsutism atau munculnya rambut pada bagian tubuh wanita yang biasanya tidak ditumbuhi rambut, Alopecia atau kebotakan atau siklus menstruasi yang tidak teratur, yang lebih dikenal dengan SAHA syndrome," papar dr. Budi.
"Dalam memberikan terapi pengobatan pada jerawat hiperandrogen, sangat penting untuk diketahui sumber masalahnya serta kondisi pasien. Pengobatan jerawat hiperandrogen dapat menggunakan pil kontrasepsi kombinasi yang memiliki sifat antiandrogenik yang kuat yaitu dengan cyproterone acetate," dr. Gita menambahkan.
"Karena itu penting sekali diketahui apa yang menjadi sumber masalahnya," dr. Gita menegaskan.
Kedua pakar ini mengingatkan bahwa jerawat dapat berdampak gangguan emosi pada perempuan seperti rasa malu, rendahnya tingkat percaya diri, kegelisahan, serta dampak psikologis lain. Rinciannya antara lain 28 persen mengalami kegelisahan dan 44 persen mengalami kecemasan. Dan bahkan dilaporkan 6 persen berkeinginan melakukan bunuh diri. Selain itu 18 persen dari total biaya perawatan penyakit kulit di dunia adalah untuk biaya terapi jerawat.
Selain dampak jangka pendek, perlu dampak jangka panjang dari hiperandrogen, diantaranya dapat memicu obesitas, penyakit kardiovaskular, hipertensi, infark miokad, diabetes karena resistensi terhadap insulin, sindroma metabolic, obesitas, hiperkolestrolemia, aterosklerosis, diabetes, dan siklus menstruasi yang tidak teratur.
Dalam keadaan normal, hormon androgen juga terdapat pada wanita namun dalam jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang terdapat pria.
Dr. Gita menjelaskan lagi, androgen dapat menyebabkan kelenjar minyak pada kulit memproduksi lebih banyak minyak atau lebih banyak minyak atau sebum, sehingga bila terjadi keadaan hormon androgen yang berlebihan maka produksi minyak juga akan berlebih.
Bila produksi sebum yang berlebih tersebut menutup folikel yang terbuka, maka keadaan ini akan meningkatkan jumlah bakteri yang juga meningkatkan terjadinya peradangan pada acne atau jerawat.
Meskipun hormon androgen dalam keadaan yang normal, bila kelenjar minyak pada kulit sangat sensitif terhadap androgen, maka minyak akan diproduksi secara berlebih dan akhirnya menyebabkan terjadinya peradangan.
Lesi acne atau jerawat pada umumnya terjadi pada area yang banyak terdapat kelenjar minyak, seperti pada area wajah namun dapat juga muncul pada area punggung atas atau area dada.
Penyebab produksi minyak berlebih dan peningkatan hormon androgen atau sekresi hormon menjadi sangat tinggi ketika seseorang memasuki masa pubertas, yang mana akan menyebabkan kelenjar minyak menjadi lebih besar dan menghasilkan lebih banyak minyak.
Kondisi lainnya berupa siklus menstruasi wanita, kehamilan, memulai atau menghentikan penggunaan pil kontrasepsi juga akan menyebabkan perubahan hormonal. Penyebab lain, keturunan, mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung hormon androgen dan litium.
Karena itu tujuan pengobatan acne atau jerawat adalah menurunkan produksi minyak, mengurangi propionibacterium acnes (bakteri), menurunkan keratinisasi, menghilangkan peradangan. Dalam terapi ini umumnya dokter akan mengkombinasikan dua atau lebih pilihan pengobatan yang tersedia untuk membuat terapi yang efektif dan mencegah timbulnya lesi yang baru.
Tiap tingkatan jerawat berbeda pula pengobatannya. Pengobatan untuk jerawat sedang disebut juga dengan terapi topikal, meliputi keratolik eksternal, yang berfungsi untuk mengurangi keratinisasi, seperti: asam salisilat, benzoyl peroxide (tidak dapat menghilangkan peradangan), retinoid. Dan terapi obat anti inflamasi untuk menghambat propionibacterium acnes.
Sementara itu terapi untuk jerawat karena Hiperandrogen-Antiandrogen yang umumnya merupakan jerawat dengan derajat yang berat, dimana androgen memberikan stimulus untuk produksi sebum. Sehingga untuk mengatasi penyebab timbulnya jerawat hiperandrogen ini maka seorang wanita harus mencari cara untuk mengatasi keadaan hormon androgen yang berlebih.
Dalam hal ini diketahui bahwa kontrasepsi oral bekerja dengan melakukan regulasi hormon dalam tubuh (estrogen, progesterone dan androgen), mencegah efek hormon androgen pada kulit dan akhirnya akan mengurangi produksi sebum atau minyak. Hal ini sangat efektif sebagai terapi acne hiperandrogen dan pengaturan kelenjar minyak pada wanita.
Komentar