STOP BULLYING! Slogan tersebut tentunya tidak asing lagi bagi kita. Namun ironisnya, bullying atau perundungan masih sering kali disepelekan, padahal dampaknya sangat besar bagi korban. Perundungan tidak boleh dianggap remeh, karena mulai dari lontaran ejekan hingga siksaan fisik, dapat memberikan trauma pada korban. Jika tidak ditangani segera dengan tepat dan serius, tindakan perundungan yang berulang dapat menyebabkan korban melakukan hal yang serupa di kemudian hari. Seperti yang diungkapkan oleh dr. Guntara Hari, Sp.KJ, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (Psikiatri) Eka Hospital, BSD.
Apakah Perundungan Itu?
Perundungan atau bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman atau pemaksaan untuk menyalahgunakan, mengintimidasi, atau secara agresif mendominasi orang lain. Perilaku itu sering diulang dan menjadi kebiasaan. Salah satu faktor penting yang mendukung perilaku tersebut adalah persepsi, baik yang dimiliki oleh pelaku (perundung) maupun oleh orang lain, tentang ketidakseimbangan kekuatan sosial atau fisik, antara pelaku dan korbannya. Perilaku yang digunakan untuk menyatakan tindakan mendominasi tersebut dapat berupa pelecehan atau ancaman verbal, serangan fisik atau pemaksaan, yang mana tindakan tersebut dapat dilakukan berulang kali pada korban. Alasan perilaku semacam itu meliputi banyak hal, antara lain mencakup perbedaan kelas sosial, ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, penampilan, bahasa tubuh, kepribadian, reputasi, garis keturunan, kekuatan, ukuran, atau kemampuan.
Wujud Perundungan
Fisik
Ini adalah wujud perundungan yang menyakiti fisik seseorang atau merusak harta benda mereka. Mencuri, mendorong, memukul, berkelahi, dan menghancurkan properti adalah jenis intimidasi fisik yang dilakukan. Perundungan fisik jarang merupakan bentuk intimidasi pertama yang akan dialami oleh korban. Sering kali intimidasi akan dimulai dalam bentuk yang berbeda dan kemudian berlanjut ke kekerasan fisik.
Verbal
Jenis perundungan ini berupa intimidasi yang dilakukan dengan berbicara. Memanggil nama, menyebarkan gosip, mengancam seseorang, dan mengolok-olok orang lain adalah bentuk intimidasi verbal. Perundungan verbal adalah salah satu jenis perundungan yang paling umum. Dalam banyak kasus, pelaku maupun korban intimidasi verbal adalah anak perempuan. Anak perempuan pelaku perundungan menggunakan bahasa verbal, serta mengucilkan korban secara sosial, untuk mendominasi dan mengendalikan, serta menunjukkan superioritas dan kekuatan mereka. Ada juga anak laki-laki yang lebih memilih menggunakan teknik verbal untuk mendominasi demi menghindari masalah, daripada menindas orang lain secara fisik.
Sosial
Ini adalah bentuk perundungan yang dilakukan dengan maksud untuk menyakiti reputasi seseorang atau kedudukan sosial, yang dapat dilakukan baik secara fisik maupun verbal. Perundungan sosial dapat digunakan oleh pelaku untuk memperbaiki status sosial mereka dan mengendalikan orang lain. Tidak seperti perundungan fisik yang jelas terlihat, perundungan sosial sulit terdeteksi, dan dapat berlangsung dalam waktu lama tanpa diketahui.
Perundungan di Dunia Maya (Cyber Bullying)
Perundungan ini dilakukan melalui penggunaan teknologi untuk melecehkan, mengancam, mempermalukan, atau menargetkan orang lain. Bagi pelaku dewasa, perilaku ini bisa dikategorikan cyber stalking(mengintai di dunia maya), sebuah kejahatan yang dapat memiliki konsekuensi hukum dan sanksi penjara. Perundungan di dunia maya menggunakan berbagai media, seperti email,situs jejaring sosial (seperti Facebook), pesan teks, dan telepon. Kemajuan teknologi yang menghadirkan kemudahan berkomunikasi turut menyuburkan perilaku perundungan di dunia maya. Rasa tanggung jawab perlu ditanamkan sejak awal seseorang mulai menggunakan berbagai media sosial on-line,bahwa segala tindakan pasti memiliki konsekuensinya.
Kolektif
Taktik perundungan kolektif dilakukan oleh lebih dari satu individu terhadap korban, yaitu oleh sebuah kelompok, dalam konteks apapun, seperti keluarga, kelompok sebaya, sekolah, tempat kerja, lingkungan sekitar, masyarakat, atau on-line.Perundungan di tempat kerja, seperti berkelompoknya beberapa rekan kerja, bawahan atau atasan, untuk memaksa seseorang keluar dari tempat kerja melalui desas-desus, sindiran, intimidasi, penghinaan, pendiskreditan, dan pengucilan.
Mengidentifikasi Korban Perundungan
Banyak korban tidak memberi tahu orang lain karena takut atau terintimidasi. Banyak korban perundungan yang menderita dalam keheningan. Merupakan tugas orangtua untuk mengenali jika anak menjadi korban. Anak yang menjadi korban intimidasi biasanya menampilkan beberapa karakteristik berikut:
Tanda Fisik
Perundungan fisik biasanya yang paling mudah dikenali. Cari tanda seperti pakaian sobek, benjolan dan memar yang tidak mudah dijelaskan. Jika Anda sering melihat tanda-tanda tersebut, mungkin saja anak Anda telah menjadi korban.
Gejala Emosional
Intimidasi emosional, jika tidak terdeteksi dengan cepat, dapat mengakibatkan dampak yang buruk. Seorang anak yang sering diejek tanpa henti dalam kurun waktu lama dapat berubah menjadi pendiam, menarik diri, takut bertemu orang lain, kadang menjadi pemarah (agresif), emosional (moody).Mereka umumnya menarik diri karena takut, merasa terintimidasi, rendah diri, tampak cemas dan tidak tenang.
Gejala Sosial
Biasanya korban terlihat tidak memiliki teman dan tidak mau bergaul/bersosialisasi.
Masalah Akademik
Korban perundungan sering kali menunjukkan penurunan pencapaian akademik, akibat dari lambat dalam berpikir, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, kurang kreatif dan inovatif, serta tidak teliti.
Perundungan dapat berakhir tragis. Oleh karena itu harus dihentikan dengan cepat untuk mencegah dampak yang lebih buruk (eskalasi) lebih lanjut.
Komentar