Dulu, Anda dan dia pernah dekat. Kini, setelah putus, kalian bak dua orang yang tak pernah saling kenal. Haruskah segala sesuatu tentang mantan sang kekasih dihapuskan sepenuhnya dari hidup kita? Sejumlah psikolog menguak aspek positif menjalin pertemanan dengan sang mantan.
Selalu ada alasan untuk memutus segala bentuk komunikasi dan interaksi dengan sang mantan, mulai dari menghapus seluruh kontaknya di ponsel, memutuskan pertemanan di media sosial, hingga membuang semua benda kenangan yang terkait dengannya.
Sejatinya, hubungan asmara boleh berakhir, namun pertemanan dan persaudaraan sesungguhnya tak mengenal kata akhir. Kondisi ideal ini memang tidak mudah dijalani, namun tentu saja bukan sesuatu yang mustahil untuk dipelajari.
Bagaimana kita memutuskan yang terbaik dalam hal komunikasi dengan mantan? Jawabnya ada pada teori ekspektasi dari Victor Vroom, profesor dari Yale School of Management. Berdasarkan perspektif tersebut, interaksi antara sepasang mantan kekasih dipengaruhi oleh pandangan dan harapan kedua pihak terhadap sejumlah aspek, yaitu bagaimana hubungan dimulai, proses yang terjadi, dan bagaimana hubungan tersebut berakhir.
Oleh karena itu, seseorang akan melakukan hal yang dapat membuatnya merasa lebih baik. Jika menjauh dari mantan akan melindungi diri dari sakit hati yang lebih dalam, itulah yang ia lakukan.
Namun, jika mengakhiri interaksi secara tiba-tiba justru lebih menyakitkan, ia mungkin akan memilih untuk tetap berkomunikasi dengan mantan dari waktu ke waktu, sambil beradaptasi dengan kondisi yang baru.
Jadi, yang manapun pilihan Anda, semua berpulang pada harapan yang Anda miliki.
"Bila seseorang berharap dapat berteman dengan mantannya, atau berharap dapat menyambung kembali hubungan yang telah berakhir, maka kemungkinan ia akan menjaga interaksi dan berusaha memperbaiki hubungan," ujar Penny Handayani, M.Psi., Psikolog.
Namun, wajar pula jika seseorang memutuskan silaturahmi dan komunikasi bila ia merasa suatu hubungan meninggalkan efek negatif yang ingin dihindari, misalnya bersifat traumatik, menyakitkan atau merugikan.
"Hal ini bersifat cukup personal dan individual, dalam arti apa yang dirasakan oleh seseorang belum tentu sama dengan hal yang dirasakan oleh mantannya," tandas Anissa Azura, S.Psi.,dari Luminosity Training & Consulting.
Sementara itu, Dian Novita Siswanti, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog,staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar, menilai kedua pihak harus berbesar hati menerima status baru dan memformulasikan kembali bentuk hubungan antara keduanya.
"Sepahit dan sesakit apapun proses perpisahan itu, silaturahmi sebaiknya tetap terjalin. Memang sulit, namun perlu dicoba untuk berbaik sangka kepada kehendak Tuhan dan kepada sang mantan," ujar Dian.
Ada beragam faktor yang membuat suatu hubungan percintaan yang kandas menimbulkan rasa sakit mendalam.
Misalnya, jika hubungan tersebut sudah melibatkan keluarga besar dan menyinggung harga diri keluarga, cara berpisah yang menyakitkan seperti diselingkuhi, atau dibohongi dan diperlakukan secara tidak manusiawi seperti mendapatkan kekerasan baik fisik maupun psikologis.
Kalau sudah begini, menjaga jarak setelah putus dengan mantan sepertinya menjadi pilihan terbaik. Penny menilai, menjaga jarak dapat menjadi salah satu upaya menjaga perasaan diri dan mantan pasca berakhirnya hubungan asmara. Hal ini menjadi penting dilakukan ketika ada di antara kedua pihak yang merasa tidak nyaman untuk terus menjalin interaksi.
"Menjaga jarak sangat penting. Mengingat keduanya akan move on dari hubungan sebelumnya dan mencoba untuk membuka kembali hubungan intim dengan orang lain. Berjarak akan membuat hubungan dengan mantan menjadi lebih sehat dan berimbang, selain itu masing-masing pihak akan lebih produktif dalam beraktivitas, apalagi bagi mereka yang bekerja di kantor yang sama," tandas Dian.
Memang, pola hubungan ideal sebuah hubungan adalah unik, karena merupakan hasil interaksi dan pencerminan dua individu dengan karakter yang berbeda. Karena itulah, hubungan setiap mantan pasangan tidaklah sama, karena masing-masing tentunya memiliki pengalaman dan pandangan yang berbeda.
"Ingat, interaksi sewajarnya bersifat dua arah, sehingga bila salah satu pihak ingin menjaga jarak, maka pihak yang lain perlu bersikap menghargai. Bila kedua pihak secara mutual ingin menjaga atau membangun hubungan baik, maka menjaga jarak tentunya tidak perlu dilakukan melebihi sewajarnya," kata Anissa.
"Tetap menjaga hubungan baik dengan mantan memang terdengar positif, namun belum tentu pola tersebut baik bagi setiap pasangan mantan," tambah Penny. "Walaupun sebagian bisa melakukan hal tersebut, ada pula yang lebih merasa nyaman bila memutuskan komunikasi secara total, sehingga keadaan menjadi lebih jelas dan tidak saling membebani antara mantan."
"Intinya, pola yang ideal adalah pola yang bersifat mutual, membuat kedua pihak merasa nyaman, dan tidak memaksakan perbedaan," Penny memaparkan.
Apa yang dibutuhkan untuk menjaga silaturahmi dengan mantan?
"Keikhlasan hati dan kebahagiaan diri, penerimaan terhadap kondisi yang ada, keluarga dan teman-teman yang mendukung, dan aktivitas sosial yang positif," ungkap Dian.
Penny menambahkan, "Sikap dewasa merupakan salah satu faktor pendukung dalam menjaga hubungan dengan mantan. Bersikap dewasa berarti mengetahui posisi Anda dan posisi mantan, dan sepenuhnya menyadari bahwa Anda dan mantan kini sudah bukan lagi merupakan pasangan, sehingga pola hubungan yang terjalin pun akan berbeda."
"Terkadang, ada hal-hal yang rasanya ingin kita bahas dengan mantan, namun pertimbangkanlah kembali, apakah membahas hal tersebut akan membantu Anda dan mantan untuk merasa lega, atau malah berpotensi membuat hubungan Anda semakin rumit dan menambah ganjalan," Anissa menimpali.
"Dalam hal ini, bersikaplah bijaksana, pilah mana yang perlu dibahas dan diselesaikan dan mana yang memang harus ditoleransi saja," ungkap Penny.
Keterbukaan juga menjadi salah satu kunci untuk membina hubungan yang baik.
Bersikaplah terbuka dengan pasangan Anda saat ini, dan ceritakan sejujurnya mengenai pola hubungan antara Anda dan mantan. Dengan terbuka, pasangan baru Anda akan dapat memetakan posisi ia dalam hubungan baru kalian. Adanya pengetahuan akan posisi psikis ini akan membuat hubungan baru yang terjalin menjadi lebih nyaman.
Ketika membahas mengenai mantan, ingatlah untuk selalu meyakinkan pasangan Anda someone special dalam hidup Anda saat ini. Hal ini penting agar pasangan tetap merasa tenang. Sepakatilah batasan apa saja yang berlaku terkait hubungan masa lalu. Hargai batasan-batasan tersebut demi menjaga kepercayaan dari pasangan.
"Jika pasangan baru tak bertanya, lebih baik tidak usah diceritakan. Sebaliknya, kalau pasangan baru meminta penjelasan maka harus dijelaskan dengan niat untuk bersama-sama membuka buku baru bersama pasangan baru," pungkas Dian.
Sisi Positif Berteman dengan Mantan
* Hidup lebih sehat karena tidak ada beban.
* Memiliki teman tentunya lebih menyenangkan ketimbang memiliki musuh. Ketika kita bisa menjaga hubungan dengan mantan, kita memiliki seseorang yang peduli pada kita dan sedikit banyak sudah memahami kita.
* Sejumlah hal mungkin akan lebih mudah dikomunikasikan setelah hubungan berakhir, khususnya hal-hal yang sebenarnya kurang disukai oleh mantan dari diri kita dan sebaliknya.
* Membuka kesempatan untuk terungkapnya penyebab hubungan berakhir, yang dapat menjadi masukan berharga bagi kita untuk memperbaiki diri ke depan.
* Memutuskan silaturahmi berarti memutuskan jalan rezeki karena siapa tahu sang mantan menjadi rekan bisnis atau kolega.
Komentar