Apakah aturan pertama yang harus diterapkan agar dapat menjaga masa depan anak Anda? Jangan memasang televisi di kamar tidur.
Sebuah kajian terhadap anak kelas 3 SD di Amerika menunjukkan tingkat keberadaan televisi di kamar tidur anak-anak mencapai 70%. Kondisi ini mungkin terjadi juga pada sebagian besar keluarga makmur di Jakarta. Dan sejumlah penelitian menunjukkan kaitan yang kuat antara televisi di kamar tidur dengan sejumlah masalah kesehatan dan pendidikan.
Nilai ujian sekolah anak-anak yang kamarnya dipasang televisi lebih rendah dan lebih cenderung mengalami masalah tidur. Memasang televisi di kamar tidur sangat kuat terkait dengan kelebihan berat badan dan berisiko lebih tinggi untuk merokok.
Salah satu konsekuensi yang paling jelas adalah anak-anak akan jauh lebih sering menonton televisi. Dalam studi terhadap 80 orang anak berusia 4-7 tahun, adanya televisi di kamar tidur meningkatkan waktu menonton hingga 9 jam seminggu, dari 21 jam menjadi 30 jam. Dan orangtua dari anak-anak tersebut cenderung menyepelekan waktu menonton anak.
"Bila televisi berada dalam kamar tidur, orangtua tidak mengetahui apa yang ditonton oleh anak-anak," kata Leonard H. Epstein, profesor pediatrik dan sosial serta pencegahan di School of Medicine and Biomedical Science di State University of New York di Buffalo. "Sering kali, orangtua yang memasang televisi di kamar anak juga memiliki televisi di kamar sendiri."
Dan sering kali, bila televisi sudah dipasang di kamar anak, maka televisi akan terus disitu. "Menurut pengalaman kami, orangtua sangat sulit melepas televisi yang sudah dipasang di kamar tidur anak," kata Epstein.
Dalam kajian selama 2 tahun, Epstein dan rekan-rekannya memasang alat monitor pada televisi di rumah-rumah yang ikut program untuk mengurangi waktu menonton anak-anak hingga setengah kali. Anak-anak harus menggunakan password untuk menyalakan TV di ruang manapun, dan password tersebut akan mematikan TV bila jatah menonton sudah habis.
Meskipun semua anak-anak dalam kajian tersebut mengalami peningkatan berat badan karena sedang dalam masa pertumbuhan, indeks massa tubuh relatif menurun pada anak-anak yang menjalani batasan waktu menonton. Para peneliti menemukan bahwa mengurangi waktu menonton televisi tidak meningkatkan level berolahraga. Tetapi anak-anak lebih sedikit memakan makanan ringan, menurunkan tingkat konsumsi hingga lebih dari 100 kalori sehari. Studi yang dipublikasikan dalam The Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine ini tidak merinci data menonton televisi di kamar tidur.
Pada tahun 2002, jurnal Pediatrics melaporkan bahwa anak-anak yang memiliki TV di kamar tidur lebih cenderung mengalami kelebihan berat badan. Pada bulan Oktober 2007, jurnal Obesity menyatakan bahwa risiko kelebihan berat badan paling tinggi terjadi pada anak laki-laki. Dalam studi terhadap remaja Perancis, anak laki-laki yang memiliki televisi di kamar tidur lebih cenderung memiliki ukuran pinggang yang lebih besar serta lemak tubuh dan indeks massa tubuh yang lebih tinggi.
Studi di Perancis juga menunjukkan bahwa anak laki-laki maupun perempuan yang memiliki TV di kamar tidur meluangkan lebih sedikit waktu untuk membaca.
Data lain mengungkapkan bahwa televisi di kamar tidur memengaruhi pekerjaan PR anak-anak. Dalam studi pada tahun 2005 yang dilaporkan di The Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, para peneliti mendalami perilaku menonton televisi, bermain komputer dan video game pada hampir 400 orang anak di 6 sekolah di Northern California selama setahun. Sekitar 70% anak-anak dalam studi tersebut memiliki TV di kamar tidur; nilai mereka secara konsisten jauh lebih rendah dalam tes matematika, membaca dan bahasa.
Studi lain pada bulan Oktober 2007 yang dimuat dalam Pediatrics menunjukkan bahwa anak TK yang memiliki TV di kamar tidur lebih banyak mengalami masalah tidur. Anak-anak tersebut juga kurang "reaksi secara emosional", berarti mereka tidak terpengaruh dengan perubahan rutinitas.
Studi lain terhadap lebih dari 700 siswa SMP berusia 12-14 tahun menemukan bahwa anak-anak yang memiliki TV di kamar berisiko 2 kali lipat untuk mulai merokok - meskipun setelah mengontrol faktor-faktor risiko seperti memiliki orangtua atau teman yang merokok atau rendahnya keterlibatan orangtua. 42% anak yang memiliki TV di kamar merokok, sementara hanya 16% untuk anak-anak yang tidak memiliki TV di kamar.
"Ada banyak masalah bila anak-anak memiliki TV di kamar tidur," ujar Epstein.
Komentar