Ayo, Bangkitkan Motivasi Diri!



Apakah bosan dan jemu menimpa Anda dalam menjalani aktivitas yang dulu membuat Anda bersemangat? Segera atasi dengan kembali tingkatkan motivasi.

Mungkin kita sudah sering mendengar buku atau ceramah mengenai hal ini, tapi tahukah kita apa yang sebenarnya dimaksud dengan motivasi?

Juneman, S.Psi., C.W.P., M.Si., dosen psikologi di Universitas Bina Nusantara, menegaskan bahwa motivasi sebenarnya dekat dengan kata movement atau gerak.

"Orang yang memiliki motivasi ditandai dengan kemauan untuk memulai suatu langkah dalam bentuk tingkah laku, kemudian mengarahkan tingkah laku tersebut menuju suatu tujuan dan mempertahankannya," tandas Juneman.

Menurut Juneman, ada tiga unsur penting didalam motivasi. Pertama, inisiatif memulai. Kedua, mengarahkan dan memandu tingkah laku sendiri. Ketiga, mempertahankannya. Dilihat dari definisi tersebut, motivasi sangat fundamental, karena bahkan mau menggerakkan badan saja sudah ada unsur motivasi.

Senada dengan Juneman, Sausan Sofyan, coach dari Klinik Karya Bakti Dhipa, menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan dari dalam diri yang menyebabkan mereka termotivasi, didorong, atau dilecut untuk memenuhinya. Kebutuhan tertentu yang mereka rasakan akan menentukan tindakan yang mereka lakukan.

"Disinilah motivasi bermanfaat menjadikan seseorang mempunyai motif atau alasan-alasan untuk meraih tujuan-tujuan, baik didasari oleh keinginan personal dari dalam diri demi kepuasan pribadi, atau karena keinginan untuk mengejar imbalan-imbalan eksternal," ujar Sausan.

Menurut Sausan, motivasi dapat dijadikan sebagai pemberi arah yang berkaitan dengan tujuan perilaku. Atau sebaliknya, mengarahkan seseorang untuk menghindari objek dimaksud. Karena itu, motivasi dapat dikatakan pula sebagai kontrol terhadap perbuatan atau sikap tertentu.

"Motivasi muncul dalam diri secara otomatis, juga dapat muncul karena adanya rangsangan dari luar," kata Sausan. "Itu artinya, sebenarnya motivasi sudah ada dalam diri kita, tapi tergantung mau diarahkan kemana."

"Motivasi mengandung sebuah energi untuk memulai, mengarahkan, dan mempertahankan. Masalahnya, kita mau atau tidak melakukan itu," tegas Juneman.

Setiap individu, menurut Sausan, punya cara unik untuk menjaga agar motivasi tetap membara. Pertama, dengan mengenali dahulu bagaimana dirinya termotivasi. Cara lain adalah sharing bersama teman yang telah bahagia dan sukses, sehingga motivasi diri akan terpacu untuk menyelaraskan pekerjaan sesuai passion dan tujuan hidup.

Pada individu yang sudah termotivasi, bekerja bukan sekedar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri, prestasi, kebanggaan), tetapi dianggap sebagai proses belajar untuk mencapai misi hidup. Kalau sudah begini, bekerja pun dilakukan berdasarkan nilai yang diyakini. Nilai-nilai itu bisa berupa kasih pada sesama, atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidup.

Orang yang memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Berbekal kemampuan mengelola pikiran untuk fokus pada hal yang bermanfaat, ia akan terus menjaga emosi mental dan fisik tetap selaras serta kreatif untuk menemukan cara bila menjumpai kesulitan.

"Jika ada pagi dan ada malam, begitu pula semangat kita, ada saatnya membara, ada pula waktunya nge-drop. Dengan menyadari bahwa semangat motivasi kita sedang turun, itu sudah langkah awal," Sausan menegaskan.

Jika sedang down, Sausan menyarankan agar kita menyadari dorongan yang membuat kita ingin berhenti, dan bahwa hal itu adalah alamiah. Ambil waktu untuk merenung sambil tetap bersyukur, hentikan aktivitas sejenak, evaluasi diri, dan perlahan bangkit kembali.

Meski begitu, kedua pakar ini mengingatkan bahwa memiliki motivasi saja tidak cukup. Kita juga perlu belajar cara berpikir dan cara bertindak untuk mewujudkan sesuatu.

"Motivasi memang bukan segalanya untuk sukses, tetapi motivasi adalah modal utama untuk meraih sukses," tandas Sausan. "Karena itu, absennya motivasi, kebutuhan yang kemudian menjadi niat tidak akan terwujud menjadi perilaku karena tidak ada energi yang mendorong dari dalam dirinya."

Contoh, ketika haus dahaga, akan muncul niat untuk minum, tetapi jika tidak ada tindakan atau usaha untuk mendapatkan air, maka sia-sia saja. Atau, kita ingin sukses berkarir, tetapi keinginan itu belum dibarengi dengan motivasi untuk mengembangkan diri.

Sesungguhnya, setiap manusia memiliki motivasi di dalam dirinya, karena pada hakikatnya manusia selalu berada dalam proses pencarian dan pemenuhan diri. Tujuan manusia akan selalu mencari yang lebih baik daripada yang ia miliki sekarang. Namun, tidak semua orang mampu untuk langsung punya motivasi dan tergerak untuk meraih dan mewujudkan niatnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tak sedikit dari kita yang berpikir bahwa untuk bisa meningkatkan motivasi diri, kita butuh bantuan motivator.

Perlu diketahui bahwa memotivasi juga sebenarnya lebih dari sekedar menularkan semangat kepada orang lain. Belajar dari buku dan ikut seminar atau pelatihan adalah hal yang lebih mudah, namun mempraktikkan apa yang dikatakan merupakan tantangan terbesar bagi orang yang menjadi motivator.

Terkait hal ini, Juneman menyebutkan bahwa ada dua jenis motivasi yang dikenal luas, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi eksternal tidak pernah bertahan, yang bertahan adalah motivasi internal. Nah, motivasi eksternal adalah yang didapat dari luar, salah satunya dari motivator.

Masalahnya, motivator umumnya selalu menempatkan semua audiensnya pada posisi yang sama, padahal tidak demikian. Yang lebih gawat adalah jika audiens bukan hanya hilang motivasinya setelah mendengarkan sang motivator, tapi juga kecewa. Setelah seminar, ia mungkin berucap, "Kata motivator tadi apa yang saya inginkan pasti bisa tercapai, tapi kok nyatanya tidak bisa."

"Jadi, sebelum ikut seminar, mungkin problem yang dihadapi sebelumnya dianggap hal biasa, tapi setelah ikut seminar malah jadi stres. Apalagi sudah bayar mahal, tapi tidak m koendapatkan apa-apa. Karena itu tadi, mindset awalnya sudah keliru. Motivator tidak atau belum banyak yang menyentuh hal-hal seperti itu," tegas Juneman.

Sebenarnya, manusia bisa, lho, sampai pada tahap tidak memerlukan motivator eksternal, karena secara filosofis, setiap orang terlahir baik.

Kedua pakar ini mengingatkan bahwa setiap orang pasti punya rasa tanggung jawab untuk merawat kebaikan dalam dirinya itu. Dalam psikologi, ini disebut insting kehidupan. Nah, kalau insting kehidupan itu berjalan, sebenarnya ia tidak butuh motivator.

Motivasi yang diberikan orang lain dapat dianggap sebagai penggerak awal, tapi jangan lantas menjadi adiksi. Saat harus melakukan sesuatu, selalu perlu dorongan motivator dahulu.

"Tidak dosa juga kok untuk punya motivator, karena ia mungkin bisa membantu kita memaksimalkan potensi diri," tandas Juneman. "Tapi, ingatlah bahwa ini bukan obat mujarab, bukan solusi tunggal bagi masalah kita".


Apa yang Menggerakkan Anda?

* Ketakutan
Apakah Anda melakukan sesuatu karena takut, dan jika tidak Anda lakukan, maka sesuatu yang buruk akan terjadi?

* Pencapaian
Apakah Anda mau melakukan sesuatu karena ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu?

* Kekuatan Diri
Apakah Anda melakukan sesuatu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidup?


3 Langkah Bangkitkan Motivasi

* Bersikaplah optimis, karena jika Anda memulai sesuatu dengan positif, Anda akan merasa lebih bersemangat dan berenergi.

* Siapkan reward untuk diri sendiri saat Anda berhasil mencapai atau menyelesaikan hal yang penting.

* Lihatlah orang lain yang sudah lebih sukses dan bahagia. Studi menunjukkan bahwa peer pressure sesungguhnya bisa memacu Anda untuk menjadi lebih baik lagi.


Komentar