Sinar X-Ray Menyibak Misteri Lukisan Kuno



Sejak teknologi X-ray menguak rahasia sebuah mahakarya abad pertengahan di Eropa, proyek restorasi yang ambisius pun digelar. Ada apa di baliknya?

Berlapis-lapis cat telah dikupas dari Ghent Altarpiece, mahakarya tersohor yang tak hanya besar, tapi juga kompleks.

Lukisan yang terletak di panel-panel kayu di altar St. Bavo's Cathedral, Belgia, tersebut menggambarkan tokoh-tokoh Alkitab. Kini, untuk pertama kali setelah ratusan tahun, terungkaplah goresan cat individual dari lukisan asli di baliknya.

Sebagai karya seni Renaissance awal, panel altar itu telah dikenal luas sebagai salah satu karya seni paling berpengaruh dalam sejarah, terutama karena perhatian cermat yang diberikan pada kehidupan duniawi serta ilahi.

Namun, altar tersebut juga menyimpan sejarah kelam. Bagian-bagiannya telah berulang kali dicuri, termasuk oleh Nazi, yang menyembunyikan seluruh panel lukisan itu di sebuah tambang garam saat Perang Dunia II.

Ghent Altarpiece merupakan salah satu karya seni paling awal yang menggunakan cat minyak dalam skala besar. Terdiri dari 12 panel kayu, bagian tengah adalah paling ikonik: The Adoration of the Mystic Lamb.

Panel tersebut menggambarkan suatu liturgi yang dihadiri berbagai kelompok manusia di latar yang kaya simbol. Di tengah-tengah, seekor domba putih berdiri di atas altar, dadanya mengalirkan darah.

Panel kayu di atasnya menggambarkan tiga tokoh bermahkota. Para ahli meyakini tokoh di tengah sebagai Kristus, didampingi Bunda Maria di sisi kiri dan Yohanes Pembaptis di sisi kanan.

Pada panel-panel atas terluar, para malaikat bernyanyi dan bermain musik. Adam dan Hawa, hanya ditutup daun ara, berdiri di sayap terluar. Di sekitarnya, tergambar adegan Maria Menerima Kabar Gembira. Di bawah, tampak patung Yohanes Pembaptis dan Yohanes Rasul.

Restorasi yang telah berjalan empat tahun di Museum of Fine Arts di Ghent, Belgia, tersebut merupakan pekerjaan rumit yang menguak berbagai hal, seperti bahan panel yang ternyata berasal dari pohon oak yang sama.

Namun, temuan paling penting didapat dari teknik mutakhir macro-X-ray fluorescence analysis, atau MA-XRF. Menurut Geert Van der Snickt, ilmuwan warisan budaya di University of Antwerp yang mengembangkan teknologi revolusioner ini, MA-XRF telah menjadi standar baru untuk meneliti lukisan bersejarah.

Sejak 2010, timnya telah memindai beberapa lukisan tersohor, seperti Sunflower karya Vincent van Gogh dan The Scream karya Edvard Munch. Pada Ghent Altarpiece, teknik tersebut pertama kali dipakai untuk memindai lukisan sebesar 8 meter persegi.

Hasilnya? Terungkaplah bahwa 70 persen Ghent Altarpiece telah dicat ulang. Tampaknya, lapisan terbawah lukisan menyimpan rahasia kecakapan tingkat tinggi kakak-beradik Jan & Hubert Van Eyck, yang menyelesaikan lukisan ini pada 1432.

Sejak itu, para pekerja restorasi mendapat lampu hijau untuk mengerok seluruh timpaan cat dan pernis agar dapat menyibak lukisan asli di bawahnya. Tugas rumit ini dilakukan di balik panel-panel kaca dan bisa ditonton pengunjung museum.

Restorasi besar-besaran dimulai pada 2012.

Pada awal 2015, para pekerja mulai menempatkan kompres-kompres kecil yang sudah direndam bahan pelarut pada cat permukaan. Lantas, sambil melihat melalui mikroskop, mereka mengupas cat yang sudah melunak dengan tangkai kapas, atau terkadang dengan pisau bedah.

"Ini sungguh pekerjaan rumit," kata Bart Devolder, pekerja restorasi yang berhasil menemukan gambar asli Malaikat Gabriel berusia 500 tahun di salah satu panel.

Setiap serpihan cat kuno diberi setetes isinglass - kolagen alami dari gelembung renang ikan sturgeon - yang dioleskan, dipanaskan, dan ditekan selaras dengan permukaan. Jika cat asli ikut terkelupas, pekerja akan menambalnya dengan campuran kapur dan lem, lantas diberi sentuhan ulang untuk dipadukan ke lukisan asli.

"Hasilnya, tanpa melebih-lebihkan, adalah kemenangan yang inspiratifdan transformatif," tandas Michael Gallagher, anggota komite pakar internasional dan kepala konservatorium di Metropolitan Museum of Art.

Restorasi direncanakan selesai pada 2020, dan St. Bavo's Cathedral berharap lukisan ini bisa kembali ke altar mereka.


Peran Teknologi Bagi Karya Seni

Teknologi X-ray pernah digunakan untuk menguak gambar tersembunyi dalam karya seni terkena.

Pada 2015, X-ray mengungkap sosok tersembunyi dalam lukisan Rembrandt yang berjudul An Old Man in Military Costume. Sosok tersebut dicat ulang oleh Rembrandt dengan gambar pria tua.

Teknologi pemindaian menemukan bahwa di balik pria tua tersebut, Rembrandt sempat melukis seorang pemuda yang mengenakan jubah hijau dan kerah abu-abu.

Lukisan Pablo Picasso juga "takluk" di bawah mesin X-ray dan menunjukkan rahasianya. Pemindaian terhadap sejumlah lukisan Picasso yang paling tersohor menguak bahwa ia suka menggunakan cat tembok biasa ketimbang cat minyak mahal!


Temuan Lukisan yang Terkubur

Teknik macro X-ray fluorescence juga telah dimanfaatkan tim gabungan pakar arkeologi, sejarah seni, dan pakar kimia belum lama ini untuk menguak lukisan kuno yang terkubur abu vulkanis.

Lukisan kecil bergambar wajah perempuan tersebut ditemukan di sebuah rumah di Herculaneum, kota kecil yang mengalami nasib serupa dengan Pompeii saat Gunung Vesuvius meletus pada 79 Masehi.

Sampai awal abad 20, rumah tersebut tertimbun jelaga dan debu. Ironisnya, ekskavasi yang dimulai 70 tahun lalu justru memicu kerusakan lukisan karena ia jadi terpapar kelembapan dan tangan manusia.

Tim ilmuwan yang dipimpin Eleonora Del Federico, profesor kimia di Pratt Institute, memanfaatkan macro X-ray fluorescence untuk memindai lukisan dinding, dan berhasil mengungkap apa yang awalnya tak tampak bagi mata telanjang.

Teknologi ini bekerja dengan menyeleksi atom yang lantas menguak peta senyawa kimia seperti besi, timah, dan tembaga. Timah menandakan keberadaan senyawa merah, dan tembaga mengungkap warna biru atau hijau. Mengetahui detail suatu lukisan, menurut Del Federico, dapat mengungkap aspek kehidupan sosial di masa lampau.


Komentar