Kesehatan fisik adalah salah satu yang paling didambakan setiap manusia di manapun, namun selain fisik kita juga mengenal apa yang disebut dengan kesehatan mental. Mana yang lebih penting dari keduanya? Fisik atau mental?
Jawaban dari pertanyaan di atas adalah: kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Apabila seseorang mengalami masalah dan persoalan yang sulit mencari jalan keluarnya atau mengalami tekanan hidup yang berat di segala bidang kehidupan, maka beratnya tekanan hidup tersebut dapat berpotensi tak hanya mengusik kondisi fisik, namun juga dapat menyebabkan timbulnya depresi - depresi ini dijabarkan oleh WHO (Badan Kesehatan Dunia) sebagai gangguan suasana hati yang menganggu aktivitas sehari-hari.
Masalahnya kemudian, sering kali depresi tak disadari, baik oleh penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Itu sebabnya depresi disebut gangguan yang tak tampak, membuat sebagian besar penderitanya tak ditangani dengan baik.
Ya, berbeda dengan gangguan lain, penderita depresi kerap tidak sadar bahwa ada masalah dalam diri mereka. Inilah yang memicu besarnya angka penderita depresi - dengan proporsi wanita lebih banyak - yang tidak mendapat penanganan semestinya.
Generasi milenial saat ini, misalnya, mengutamakan kesuksesan yang diukur dari karier bagus dan keberhasilan di posisi bergengsi. Untuk mencapainya, mereka berkompetisi dengan sangat ketat. Yang kalah dianggap gagal. Itulah sebabnya saat ini depresi paling banyak dipicu oleh urusan pekerjaan, karena eksistensi dilihat dari jabatan dan kedudukan seseorang.
Gejala depresi
Apa ciri-ciri orang yang menderita depresi?
Baik stres maupun depresi memiliki gejala yang hampir sama. Namun, depresi biasanya jauh lebih berat dan lama - gejala muncul selama setidaknya 2 minggu, yakni:
* Perubahan mood
* Sedih dan putus asa berkepanjangan
* Kehilangan minat untuk melakukan hal yang biasanya disukai
* Gangguan tidur
* Perubahan nafsu makan
* Tidak ada motivasi hidup
* Menarik diri dari pergaulan dan lingkungan
* Merasa lelah dan tidak dapat melakukan pekerjaan apa pun
* Sulit membuat keputusan
* Merasa gelisah, mudah marah, dan mudah tersinggung
* Sulit konsentrasi dan gangguan daya ingat
* Merasa tidak dapat mengatasi berbagai masalah dalam hidup
* Memiliki pikiran untuk bunuh diri
Seseorang yang mempunyai keinginan bunuh diri sesungguhnya ia berbicara, namun kita sering tidak menanggapinya serius. Jika ada ucapan 'ingin bunuh diri' sebaiknya waspada, jangan diabaikan. Kata Dr. Ratna Mardiati, Sp.KJ, dari Klinik Angsa Merah.
Depresi dan bunuh diri
Berbicara mengenai keinginan seseorang untuk melakukan tindak bunuh diri, patut diketahui bahwa mengakhiri hidup adalah penyebab kematian tertinggi kedua di antara populasi usia 15-29 tahun.
Secara global, setiap tahun lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri, atau 1 kematian setiap 40 detik. Angka ini berdasarkan atas penelitian selama 10 tahun di 172 negara.
Bagaimana dengan Indonesia? Pada 2015, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI mengungkap bahwa rata-rata rantang usia pelaku bunuh diri relatif memanjang hingga usia di atas 30-49 tahun.
"Depresi tidak selalu berujung pada bunuh diri, tetapi kasus yang terbanyak memang berakhir dengan bunuh diri. Orang yang bunuh diri biasanya sudah mencoba beberapa kali. Jadi, sebetulnya gelombang depresinya sudah terjadi beberapa kali," ujar Dr. Ratna Mardiati, Sp.KJ, dari Klinik Angsa Merah.
Dr. Endang Mariani Rahayu, M.Si., dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, menjelaskan salah satu indikasi yang diukur WHO adalah peningkatan frekuensi bunuh diri, baik di dunia maupun Indonesia. WHO mencatat, angka bunuh diri di Indonesia menunjukkan tren peningkatan cukup signifikan dari tahun ke tahun.
Menurut data WHO, faktor risiko penyebab bunuh diri adalah gangguan mental, seperti depresi, gangguan kepribadian, ketergantungan alkohol (atau penggunaan narkoba), atau skizofrenia, serta beberapa penyakit fisik, seperti gangguan neurologis, kanker, dan infeksi HIV.
Apa yang bisa kita lakukan?
Lalu, apa yang dapat diperbuat kepada seseorang yang berkehendak untuk mengakhiri hidupnya?
Inilah beberapa poin yang bisa kita lakukan untuk menolong orang yang ingin bunuh diri, sebagai berikut:
1. Jadi pendengar yang baik. Cobalah jadi pendengar yang baik. Dalam banyak kasus, orang yang ingin bunuh diri biasanya menarik diri dan tertutup. Cobalah mendekatinya dan sadarilah bahwa kepedihan atau keputusasaan yang sedang ia rasakan benar-benar nyata. Coba secara halus menyebutkan bahwa Anda melihat beberapa perubahan sikap dan perilakunya sehingga dapat menggerakkan dia untuk membuka diri dan mencurahkan perasaannya kepada Anda.
2. Berempati. Coba dalami perasaannya, dan katakan bahwa ia sangat berarti untuk Anda maupun orang lain. Jika ia bunuh diri, hal ini akan membuat Anda hancur dan orang lain juga.
3. Jauhkan benda berbahaya. Jauhkan darinya benda berbahaya apa pun yang bisa menjadi alat untuk bunuh diri. Pelaku bunuh diri yang melihat banyak alat yang tersedia di sekitarnya akan membuatnya memantapkan tekad untuk bunuh diri. Misalnya tali, pisau, cutter atau bahkan senjata api.
4. Minta bantuan medis. Untuk kasus yang sudah cukup ekstrim, segeralah memanggil bantuan medis untuk menangani masalahnya. Misalnya sudah terjadi gangguan mental yang serius, Anda bisa segera menggunakan bantuan medis seperti psikiater atau rumah sakit jiwa yang tahu cara terbaik menanganinya.
Komentar