Memiliki pasangan yang lebih muda punya dinamika tersendiri. Meski tak lagi dianggap tabu, hubungan beda usia tak lepas dari tantangan.
Cinta tak mengenal usia, termasuk ketika perempuan berusia matang memutuskan menikah dengan lelaki yang lebih muda.
Tak bisa dipungkiri, perbedaan usia ini bisa menjadi potensi konflik jika tak disikapi dengan bijak. Seperti hubungan Anda pada umumnya, dibutuhkan usaha keduanya untuk menekan ego masing-masing dan memahami kondisi pasangan.
Bagi pasangan berbeda usia, tentu diperlukan upaya lebih keras dibandingkan mereka dengan perbedaan usia yang lazim. Apalagi, dampak perbedaan usia tak hanya pada aspek fisik, tetapi juga psikis.
Sebenarnya, saat kedua belah pihak sudah sampai ke level kedewasaan yang sama, tidak ada masalah.
Ini diungkapkan Genoveva Amelia, M.Psi., Psikolog, dari biro psikologi PsyCoach Cikini. Menurutnya, yang kerap jadi masalah justru faktor lingkungan dan persepsi sosial yang memandang miring laki-laki yang lebih muda berpasangan dengan perempuan yang lebih tua.
"Jadi, tugas penting pasangan tersebut adalah meyakinkan orang-orang terdekat bahwa perbedaan usia ini tidak masalah. Di awal hubungan, perbedaan usia ini juga berpotensi memicu pertanyaan dalam keluarga," ujar psikolog yang akrab disapa Amelia ini.
"Karena biasanya lelaki usia muda belum mapan, maka si perempuan harus menunjukkan dukungan dan komitmen kuat untuk menjawab keraguan pihak keluarga," tegas Amelia.
Sementara itu, Indriyani Virginia, M.Psi., Psikolog, staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, mengingatkan bahwa toleransi harus lebih banyak diberikan perempuan terhadap pasangannya.
"Perempuan lebih cepat dewasa dibanding laki-laki, sehingga harus memahami jika pasangannya masih senang hangout dengan teman-teman, misalnya," tandas Indri.
Selain itu, perbedaan fisik pada pasangan beda usia perlu diwaspadai. Contoh, jika kelak istri yang lebih tua mengalami menopause, maka tentu ini akan berdampak pada hubungan intim suami-istri.
"Di sinilah suami yang memang secara fisik masih kuat, bahkan mungkin sedang dalam puncak pesona karena sudah mapan, harus memahami perbedaan kondisi fisik istrinya," ujar Indri. "Namun, si istri juga tak boleh larut dalam problematika dirinya sendiri."
"Intinya, kedua individu ini harus memahami kondisi pasangan. Jangan hanya menuntut pengertian dari satu pihak. Meski berbeda usia, keduanya punya peran dan tanggung jawab sama besar dalam menjaga kelangsungan dan kebahagiaan rumah tangga," tukas Indri.
Mengapa ada lelaki yang tertarik pada perempuan yang lebih tua?
Amelia menjelaskan bahwa dalam kecenderungan ini dikenal dengan istilah oedipus complex. Lelaki tersebut biasanya punya tendensi mencintai ibunya, dan akan jatuh cinta pada perempuan yang lebih dewasa, yang dianggap lebih ngemong.
Secara senada, Indri menegaskan bahwa dari sisi laki-laki, ada kebanggaan tersendiri saat bisa menaklukkan perempuan yang lebih matang. Apalagi, perempuan yang usianya lebih tua memiliki image yang baik sebagai individu yang berpengalaman dan keibuan.
Sementara itu, perempuan yang sudah lebih dewasa biasanya mencari faktor kenyamanan dari lelaki yang lebih muda. Di sinilah Indri mengingatkan agar faktor lain juga dipertimbangkan.
"Apakah dia bisa memberikan penghidupan, dapat dipercaya, dan berkualifikasi menjadi suami yang baik?" tandas Indri. "Jangan harapkan pasangan berubah 100 persen setelah menikah. Dia sudah 20-an tahun hidup dengan karakter tersebut, tak bisa diubah seketika."
Perbedaan fisik juga ditegaskan oleh Amelia.
Umumnya, memasuki usia 40 tahun, karier perempuan sudah stabil. Jika dia memiliki pasangan lebih muda, maka si lelaki masih beraktivitas tinggi dan semangat meningkatkan kompetensi.
"Jadi, bisa jadi si perempuan sudah lelah karena sibuk bekerja, pasangannya masih ingin beraktivitas bersama. Namun, ini pun seharusnya tidak menjadi masalah selama ada komunikasi antara kedua belah pihak," tandas Amelia.
Hal yang tak kalah penting adalah menyadari fakta bahwa meski beberapa tahun lebih muda, si lelaki sudah cukup dewasa dan bisa setara, meski karier pasangan lebih tinggi dan pendapatan lebih besar.
Amelia menekankan pentingnya menyikapi perbedaan usia ini dengan saling pengertian. Sang perempuan juga perlu berusaha untuk tidak melangkahi ego pasangannya.
Bila masalah fisik sudah dipahami dengan baik oleh pasangan berbeda usia, kedua psikolog ini menyoroti masalah psikologis yang juga bisa menjadi potensi konflik dalam keseharian.
Aspek psikis penting adalah kedewasaan si lelaki. Apakah dia sudah cukup dewasa dan dapat memandang pasangannya sebagai partner yang setara, namun juga memahami kebutuhan-kebutuhan pasangan yang mungkin berbeda dari dirinya? Seperti ditegaskan Indri, kedewasaan ini pada akhirnya tidak bisa dilihat dari umur.
Kedewasaan tampak, misalnya, saat si lelaki bisa membatasi kesenangan bersama teman atau hobi dan memberi prioritas waktu untuk pasangan dan keluarga. Tentu, si perempuan juga harus menunjukkan kedewasaan serupa.
"Kedua belah pihak boleh saja menghabiskan waktu bersama teman, berkarier, atau sibuk dengan hobi. Namun, jangan lupa bahwa mereka tetap harus punya waktu buat keluarga," tandas Indri. "Tahu tugas masing-masing tanpa menghilangkan kesenangan masing-masing."
"Ketika dua orang memutuskan untuk menikah, berarti sudah ada kesamaan nilai bahwa keluarga dan komitmen menjadi yang utama. Ini pun terjadi pada mereka yang berbeda usia," tegas Amelia.
Perbedaan usia tentu membawa konsekuensi tersendiri, seperti perbedaan dalam sudut pandang, kawan sebaya, bahkan mungkin gaya hidup dan pola komunikasi. Yang penting, jangan saling menuntut dan biarkan masing-masing berkembang sesuai porsinya.
"Itu sebabnya, private time diperlukan agar masing-masing tidak 'kehilangan' dunianya sendiri kendati sudah menikah. Pasangan juga dapat saling memahami dan menghormati perbedaan di antara mereka," pungkas Amelia.
Komentar