Anda takut reptil? Kenali komunitas unik ini. Siapa tahu, rasa takut berganti jadi cinta!
Berawal dari forum di Facebook, sejumlah pencinta reptil bertemu di Taman Fatahillah.
Salah satu yang hadir pada pertemuan bulan Agustus 2015 tersebut adalah Ca Kwan, inisiator Komunitas Reptile JKT. Seminggu kemudian, pertemuan kedua digelar di La Piazza Kelapa Gading. Di sini, lahir kesepakatan membentuk Komunitas Pencinta Reptile Jakarta (KPRJ).
KPRJ aktif melakukan edukasi tentang reptil. Mereka ingin meluruskan opini bahwa reptil itu berbahaya, karena tidak semua reptil demikian. Reptil bisa jinak seperti hewan peliharaan lain.
"Kami mengajak masyarakat berinteraksi dengan reptil sehingga bisa merasakan langsung bahwa reptil tidak menakutkan," papar Rizki Rianto (31 tahun), Ketua KPRJ.
"Umumnya, bagian yang menakutkan dari reptil adalah kepala, mata dan mulut. Karena itu, disarankan yang dipegang pertama adalah ekor, tengah, lalu kepala," kata Rizki. "Setelah melihat langsung, biasanya masyarakat mau memegang reptil."
Komunitas ini juga bersedia dipanggil untuk rescue reptil yang ditemukan masyarakat, termasuk edukasi terkait perburuan reptil untuk diperjualbelikan.
Ular piton, biawak, dan iguana.
Itulah jenis-jenis reptil yang dipelihara anggota KPRJ. Rizki, misalnya, memiliki seekor piton dari sebuah pameran flora dan fauna pada 2015. Ketika itu, piton tersebut masih berukuran 25 cm, sesuai aturan bahwa reptil yang diperjualbelikan masih bayi.
Umumnya, piton ukuran besar dimiliki peternak atau breeder karena persoalan tempat, makan, dan keamanan. Belum lagi tantangan keluarga karena risiko yang dianggap terlalu besar.
Menurut Rizki, jika ingin memelihara reptil, pastikan jenisnya aman.
"Pemula dianjurkan untuk memelihara ball phyton atau ular sanca bola, karena karakternya lebih penakut dan pemalu. Ular ini tidak bakal menyerang kalau tidak terdesak," papar Rizki.
KPRJ melarang anggotanya memelihara reptil berbahaya dan jenis langka yang dilindungi undang-undang. Anggota juga diajarkan seputar rescue dari pakar kompeten, termasuk menghindari serangan dan langkah penanganan jika digigit.
Salah satu anggota aktif KPRJ adalah Imam Margo (28). Imam sudah menyukai reptil sejak remaja, namun baru diizinkan oleh orangtua untuk memelihara sendiri ketika dia menginjak usia 20 tahun.
Reptil pertama Imam adalah biawak Varanus salvator, iguana, dan kodok pesek (dumpy tree frog). Karena ingin tahu lebih banyak tentang reptil, Imam memutuskan untuk bergabung dengan KPRJ pada 2015.
Selain Imam, sejumlah perempuan juga menjadi anggota KPRJ. Mereka mematahkan stigma bahwa reptil identik dengan dunia pria. Nesia Fitri (32), misalnya.
Perempuan ini sudah menyukai ular sejak masih duduk di bangku sekolah, tapi dilarang oleh orangtua. Baru tiga tahun terakhir ini dia bisa memiliki seekor ular boa dan seekor iguana.
Alasan Nesia menyukai reptil cukup unik: dia alergi bulu kucing dan kelinci. Nesia juga mengaku bukan tipe yang telaten memelihara hewan, dan merawat reptil begitu simpel.
Pada 2015, Nesia bergabung dengan KPRJ dan mengikuti hampir semua kegiatan komunitas. Dia merasa tak hanya pengetahuan seputar reptil bertambah, tapi juga belajar bahwa karakter setiap hewan berbeda.
"Walau sama-sama boa, karakternya bisa berbeda sehingga penanganan juga berbeda," ujar Nesia. "Sama seperti manusia. Secara tidak langsung, saya belajar tentang ragam sifat manusia dari reptil."
Pengalaman yang sama dialami Lesdia Ernawati (37).
Awalnya, pemilik ball phyton ini sempat takut pada reptil. Setelah mencoba mengenal, Lesdia mendapati hewan tersebut tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya. Ternyata, reptil bisa dijadikan sahabat dan tidak selalu identik dengan buas dan mematikan.
Cara Lesdia menyiasati rasa takut?
Memelihara reptil untuk mengenal langsung karakternya. Dia juga bergabung dengan KPRJ untuk menambah wawasan dan semakin memahami seluk-beluk pemeliharaan reptil.
"Semoga KPRJ tetap dikenal sebagai komunitas yang membudidayakan reptil dan melestarikan populasinya," tandas Lesdia.
Perempuan ini juga berharap KPRJ dapat meneruskan visi dan misi mensosialisasikan jenis-jenis reptil dan menyampaikan cara penanganan bila ada temuan reptil di masyarakat.
"Jangan bunuh mereka, tapi tangkap dengan benar dan serahkan pada pihak yang memahami reptil," tegas Lesdia.
Ingin bergabung tapi tidak punya reptil? Tak masalah. Datang saja ke Taman Suropati, Menteng, pada sore minggu kedua dan keempat, tempat komunitas ini menggelar pertemuan rutin. Anda bisa berkenalan dengan KPRJ yang saat ini memiliki sekitar 230 anggota, serta belajar tentang perawatan dan pola hidup hewan yang ingin dipelihara. Pantau juga media sosial mereka di:
Facebook: Komunitas Pecinta Reptile Jakarta
Twitter: @KPRJ_9
Instagram: @komunitaspecintareptilejakarta
YouTube: KPRJ CHANNEL
Komentar