Manfaat Dari Leadership yang Baik

Memiliki jiwa kepemimpinan sangat penting, bahkan meski yang perlu kita pimpin adalah diri sendiri.

Istilah leadership sangat familiar di telinga kita. Kemampuan ini dianggap penting dimiliki, sampai pelatihan dan lokakarya tentang kepemimpinan pun marak dibuat.

Leadership, menurut Diana Rahmawati, M.Psi., Psikolog, dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, adalah kemampuan seseorang untuk menjadi pemimpin.

"Dalam hal ini, kemampuan mengarahkan orang lain atau dirinya sendiri, bagaimana dia mampu memimpin diri sendiri, sebelum kemudian bisa memimpin orang lain," jelas Diana.

Secara senada, Antonius Arif, coach dari Business Capabiity Expert menegaskan bahwa leadership adalah kemampuan seseorang untuk menjadi pemimpin yang bisa mempengaruhi banyak orang dan membuat mereka mengikuti apa apa yang menjadi tujuan bersama.

"Sejatinya, leadership dibutuhkan dalam sebuah kondisi, tetapi lebih bagus dan sangat dibutuhkan dalam semua kondisi, tetapi lebih bagus dan sangat dibutuhkan dalam situasi volatiliy, uncertainty, complexity, dan ambiguity," ungkap Antonius.

"Ciri-ciri leadership antara lain berpikiran terbuka, memahami visi dan misi, memiliki tujuan, menghargai pendapat orang lain, bahkan mengembangkan kemampuan orang lain," ujar Diana.

Menurut Diana, jiwa kepemimpinan bisa merupakan sesuatu yang natural (bawaan), bisa pula sebagai sesuatu yang dipelajari. Yang pasti, banyak faktor turut andil dalam membangun leadership, di antaranya genetik, pola asuh, dan lingkungan.

Diana memberi contoh seorang anak sulung yang diberi kepercayaan oleh orangtua untuk mengayomi adik-adiknya. Kesempatan ini mengajarkan si sulung untuk menjadi pemimpin, termasuk memecahkan masalah sederhana yang ditemui sehari-hari di rumahnya.

"Artinya, leadership bisa dilatih sedini mungkin. Orangtua hanya perlu memberi kesempatan, kepercayaan, serta pendampingan. Selebihnya, biarkan anak mengembangkan kemampuan sesuai tumbuh kembangnya," saran Diana.

Antonius menegaskan hal serupa.
"Leadership tidak bisa dipisahkan dari faktor-faktor pembentuknya, seperti keluarga, lingkungan, dan faktor pendidikan," katanya. "Tidak ada seorang bayi yang begitu lahir langsung ditakdirkan menjadi pemimpin."

"Kepemimpinan dibentuk dengan pengalaman tertentu atau dibimbing orang lain. Yang paling mudah adalah di keluarga, yang dapat mengajarkan anak bagaimana menjadi pemimpin terhadap diri sendiri," tandas Antonius.

Selain itu, membentuk jiwa leadership butuh latihan. Salah satunya latihan menentukan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun langkah-langkah atau strategi untuk mencapainya. Dalam hal ini, dibutuhkan komitmen dan disiplin diri.

Pelatihan akan sangat efektif melalui contoh yang ditunjukkan oleh orang dewasa, baik orangtua maupun guru. Sebagai pemimpin rumah tangga, seorang ayah bisa menunjukkan bagaimana dia berkomitmen membagi waktu antara kerja dan keluarga.

"Salah satu cara termudah memupuk leadership adalah dilatih oleh orang lain," papar Antonius. "Namun, pelatihan leadership hanya akan berdampak jika seseorang menyadari kekurangannya. Jika tidak, maka training seperti apa pun tidak akan berpengaruh.'

Melatih jiwa kepemimpinan juga bisa dilakukan di lingkungan sekolah.

Caranya? Dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap murid untuk menjadi pemimpin di lingkup terkecilnya, seperti menjadi pemimpin diskusi, ketua kelas, atau komandan baris-berbaris atau upacara.

Dari masa sekolah, potensi leadership sudah bisa terlihat dalam diri individu. Ini terutama terlihat dari impian dan aspirasi yang dimiliki seseorang dan apakah teman-temannya mau mengikuti apa yang dia bicarakan.

"Secara umum, tidak ada perbedaan leadership antara laki-laki dan perempuan. Jika sifat perempuan lebih ngemong dan laki-laki lebih tegas, maka kepemimpinan Mahatma Gandhi memiliki unsur perempuan, sedangkan Margaret Thatcher memiliki unsur lelaki," jelas Antonius.

Kedua pakar ini menyebutkan manfaat dari leadership yang baik.

Salah satu manfaat memiliki jiwa kepemimpinan adalah membuat impian atau cita-cita lebih mudah untuk dicapai, karena tidak mungkin mencapai sesuatu lebih besar tanpa disertai jiwa kepemimpinan," tegas Antonius.

Diana menambahkan bahwa sebuah kelompok akan lebih teratur dengan ada komando atau perintah. Dengan keberadaan sosok pemimpin yang bertanggung jawab, maka anggota kelompok pun bebas mengekspresikan ide-ide positif.

Seorang pemimpin bisa menerima masukan dari para anggotanya sebelum akhirnya mengambil keputusan. Dia juga bisa memprediksi risiko apa yang kemungkinan terjadi dan menyiapkan langkah-langkah antisipasi.

"Sebaliknya, tanpa leadership yang baik, maka tidak ada yang akan memantau dan tidak ada yang bertanggung jawab. Ini berisiko memunculkan kesewenangan dan kekacauan," papar Diana.

Sayangnya, tidak mudah menumbuhkan leadership yang baik. Tantangan selalu ada.

Salah satunya, Antonius menyebutkan, adalah menganggap diri sendiri paling benar dan tidak mau belajar dari orang yang lebih hebat dibanding dirinya.

"Cara mengatasinya adalah dengan mawas diri dan menggunakan self-assesment. Tanyakan pada diri Anda: Apa tujuan Anda? Dengan cara yang dipakai sekarang, apakah tujuan tersebut bisa dicapai? Bila tidak, apa yang harus dilakukan?" papar Antonius.

"Leadership yang buruk bisa berpengaruh pada kepercayaan diri seseorang, termasuk kepercayaan dari orang di luar lingkungannya. Itu sebabnya, anggota kelompok butuh melakukan kontrol agar bisa mengingatkan jika pemimpin melakukan kesalahan," tegas Diana.

Ingin mengukur kepemimpinan seseorang?

Cek portfolio yang dia miliki, terutama apa yang telah dicapai, entah dalam pekerjaan formal maupun di masyarakat. Jiwa kepemimpinan akan tercermin ketika semua orang yang ada di kelompok merasa puas dengan performa sang pemimpin.

Dalam hal ini, seorang pemimpin perlu memiliki komitmen, integritas, dan kejujuran dalam menjalankan aturan dan ketegasan saat ada penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Selamat menjadi pemimpin!


Apakah Anda Punya "Leadership"?
* Punya visi ke depan, khususnya dalam menghadapi situasi yang tak pasti.
* Mampu bertutur kata baik dan orang lain mengikutinya.
* Peduli terhadap pengikutnya serta kemajuan pengikut.
* Memiliki kemampuan untuk membawa perubahan yang membuat suasana lebih nyaman pada situasi apa pun.


Tantangan Sang Pemimpin
* Tidak memiliki visi dan misi yang jelas.
* Tidak tahu tujuan yang ingin dicapai.
* Bersikap netral saat ada perbedaan pendapat di dalam kelompok.
* Mengayomi dan bersikap bijaksana apa pun situasi yang dihadapi.


Pentingnya Pemimpin Perempuan
Studi terbaru yang dilakukan Pew Research Center mengungkap bahwa pemimpin perempuan dianggap memiliki kualitas manajemen lebih baik dibandingkan rekan pria mereka.

Studi yang dilakukan terhadap 4.587 partisipan tersebut mendapati bahwa 57 persen responden menganggap bahwa perempuan dan lelaki di posisi atas dalam bisnis dan politik memiliki gaya kepemimpinan berbeda.

Apa bedanya? Pemimpin perempuan dianggap memiliki kemampuan interpersonal dan kecerdasan emosional lebih besar. Kedua kualitas ini dianggap penting dalam membentuk lingkungan kerja yang positif.

Sebesar 43 persen partisipan juga percaya bahwa dalam bisnis, perempuan punya kemampuan lebih baik dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan penuh respek. Sebaliknya, hanya 5 persen partisipan yang berpikir pemimpin pria lebih baik dalam melakukan hal ini.

Pemimpin perempuan juga dipandang penting dalam mempromosikan keberagaman di tempat kerja. Sebanyak 35 persen partisipan berkata, perempuan lebih baik dalam menghargai orang dari latar belakang berbeda.

Dalam politik, 61 persen responden mengatakan bahwa pemimpin perempuan lebih empatik dan pengertian, dan nyaris sepertiga partisipan menganggap perempuan lebih memerhatikan etika.

Komentar